DPW APPSI Banten Mendukung Pedagang Pasar Kutabumi, Yamin : Kami Sudah Sampaikan Bantuan Hukum Kepada DPP
" Mereka (Pedagang pasar) adalah anggota APPSI, dan bagian dari pengurus Komisariat serta Koppas (Koperasi Pedagang Pasar) yang telah menyatakan sikap tidak setuju bahkan 85% tidak menyetujui adanya revitalisasi dan sudah menandatangani pernyataannya," imbuh Yamin
Berdasarkan keterangannya juga diketahui penolakan pedagang beralasan yang sudah disepakati lantaran kios dan lapak pasar masih sangat layak, Pasar dibangun secara swadaya oleh pedagang sendiri, Jika di revitalisasi harganya terlalu mahal hingga mencapai Rp.200juta sedangkan pedagang baru mulai pulih dari ancaman pandemi,
" Perumda akan merevitalisasi lahan Pasar Kutabumi Kabupaten Tangerang dan ratusan pedagang 100 persen menolaknya, Hampir 1000 lebih pedagang sudah bergabung sebagai anggota APPSI" cetus M Yamin
Sebelumnya rencana revitalisasi Pasar Kutabumi berasal dari adanya surat edaran dalam bentuk pemberitahuan yang ditujukan kepada para pedagang yang berada di kawasan Pasar Kutabumi. Dalam surat edaran itu, dengan nomor: 539/III/Perumda.P/2023, Perihal Pemberitahuan Verifikasi Data Pedagang Pasar Kuta Bumi.
Isi surat tersebut menyebutkan bahwa Perumda Pasar Niaga Kerta Raharja akan melakukan Verifikasi data pedagang yang akan dilaksanakan pada tanggal 7 s/d 27 Februari 2023.
Menanggapi adanya rencana revitalisasi tersebut, ratusan para pedagang yang berada di Pasar Kutabumi menolak rencana Revitalisasi yang akan dilakukan oleh Perumda Kabupaten Tangerang. Provinsi Banten
Menurut keterangan dari seorang pedagang yang enggan di sebutkan namanya, para pedagang yang berdagang di Pasar Kutabumi merasa keberatan jika hal tersebut (Revitalisasi-red) dilakukan pada tahun ini. Pasalnya dari kondisi saat ini, sekalipun kondisi sudah terbilang aman dari Covid 19, penghasilan para pedagang masih terbilang belum stabil.
“Menurut pandangan saya, kondisi Pasar saat ini masih layak. Kami merasa keberatan dengan adanya rencana revitalisasi Pasar Kutabumi,” kata pedagang yang enggan disebutkan namanya.
Dirinya, mengeluhkan kondisi yang sepi pembeli dan kurangnya pendapatan merasa di persulit dengan adanya pembayaran untuk kios yang cukup tinggi.
“Apalagi jika dibangun dimasa kondisi seperti ini, pedagang sangat sulit, keramaian dipasar hanya ramai di hari sabtu dan minggu saja,” ujarnya.
“Untuk kita mendapatkan beras dua liter aja sulit, buat dagang aja minjem dari koppas. Apalagi untuk membayar kios yang hargannya tinggi, sama saja mengusir para pedang dari rumahnya,” tambahnya.
Diketahui dari berbagai sumber, Penolakan revitalisasi tersebut karena harganya terlalu tinggi dan tidak terjangkau kisaran harganya mencapai 200 jutaan lebih untuk kios dan untuk lapak sebesar 75 jutaan.